Apakah Web 2.0 Sudah Mati?

Jawabannya iya, kalau menurut artikel di TechCrunch ini. Dengan melihat trend pencarian di Google yang menunjukan jumlah pencarian kata “web 2.0” yang semakin menurun, penulis menyimpulkan bahwa web 2.0 sudah mendekati ajalnya. Orang sudah tidak tertarik lagi membicarakan web 2.0, itu artinya web 2.0 sudah mulai ditinggalkan orang.

Tapi apakah web 2.0 benar-benar sudah mati? Saya tidak tahu. Saya pribadi tidak begitu nge-fans dengan istilah web 2.0. Jadi saya tidak merasa kehilangan kalaupun web 2.0 harus “mati”. Istilah web 2.0 hanya bagus terlihat di Power Point saat presentasi atau mejeng di website perusahaan, kartu nama atau portfolio. Tapi dalam realitasnya, kata itu terlalu sering membingungkan orang. Orang yang nge-fans dengan web 2.0 pun belum tentu ngerti apa yang ia bicarakan.

Sering klien datang meminta agar website-nya dirombak jadi “lebih web 2.0”, yang kemudian ternyata yang dimaksud adalah agar websitenya lebih terlihat glossy, simple, dengan warna-warna cerah (yang dia sebut warna web 2.0), logo dengan bayangan di bawahnya dan ada tulisan “beta” di kanan atasnya.

Kalaupun ada klien yang sedikit lebih ngerti teknologi, mereka mengartikan web 2.0 sebatas penggunaan AJAX di websitenya. Itupun sering keliru dengan penggunaan animasi atau efek-efek Javascript saja.

Jadi, menurut saya bagus juga kalau orang mulai berhenti membicarakan web 2.0. Karena bisa jadi itu menunjukkan bahwa orang mulai mengerti apa yang sebenarnya mereka inginkan.

Penggunaan Telepon Selular

Ketika orang banyak membicarakan, mendiskusikan dan coba mengimplementasikan web versi mobile. Saya pribadi menggunakan telepon selular persis seperti digambarkan dalam grafik ini:

http://graphjam.com/2009/01/18/song-chart-memes-usage-of-my-cell-phone/

Itu juga setelah ganti handphone. Sebelumnya urutan ketiga adalah buat penerangan darurat ketika mati lampu. Tau kan model handphone yang ada senternya itu? mungkin sekarang sudah nggak keluar lagi. 🙂

Mengorbankan Teman di Facebook Untuk Dapat Burger

Satu lagi aplikasi Facebook yang mengangkat brand perusahaan dalam kemasan aplikasi yang unik, Whopper Sacrifice. Dengan menghapus sepuluh teman dalam daftar pertemanan di Facebook, anda dapat memperoleh kupon gratis untuk satu burger Whopper di Burger King.

“Friendship is strong, but the Whopper is stronger”, begitu bunyi tagline nya.

Aplikasi ini terbilang unik dan berani, karena baru pertama kali di Facebook sebuah aplikasi mengandalkan “friend removal” sebagai tema utamanya. Tapi nyatanya aplikasi yang baru dirilis kemaren ini sudah cukup heboh di Facebook.



Buat teman-teman saya di Facebook, tidak usah khawatir, saya tidak akan mencoret kalian untuk sepotong hamburger. Pertama karena saya tidak suka hamburger, kedua, karena daftar teman di Facebook yang benar-benar saya kenal tidak sampai sepuluh orang, haha.

via: insidefacebook

Gagal Itu Menyenangkan

  1. Gagal itu menyenangkan

    Karena kegagalan biasanya terjadi ketika kita melakukan sesuatu yang baru. Jarang kita temui kegagalan saat melakukan rutinitas atau meniru keberhasilan orang lain. Dan mencoba sesuatu yang baru itu selalu menyenangkan.

  2. Gagal itu bermanfaat

    Karena gagal beda dengan batal. Kegagalan terjadi setelah melalui proses. Kecuali anda melakukan sesuatu yang tidak berguna, maka proses itu pasti mengajarkan sesuatu kepada anda.

  3. Gagal itu mudah
    Karena ketika mengalami kegagalan pilihan kita hanya satu, yaitu bagaimana caranya bisa berhasil. Sementara kesuksesan memunculkan banyak masalah baru seperti pembuktian, persaingan dan menjaga kesuksesan itu sendiri.

Jadi jangan malu atau putus asa ketika mengalami kegagalan. Anggap saja itu sebagai persiapan untuk menghadapi kesuksesan.

Google Tech Talks: jQuery

Kalau yang sering menggunakan Drupal mungkin pernah dengar nama Dmitri Gaskin. Nggak nyangka, ternyata doi masih bocah. Umurnya saja masih 12 tahun. Tapi jangan salah, dia salah satu core developer Drupal.

Di Google Tech Talks ini, Dmitri bicara tentang jQuery. Dari gaya ngomongnya, sudah seperti lulusan MIT aja. Cepat dan sering pake ‘umm’. Tapi dia benar-benar pintar dan menguasi apa yang dibawakan. Bravo Dmitri!

Jadi berasa tua banget nih … 🙂

Translate this page

Ciye, yang sudah ngerti bahasa Indonesia, maen terjemahin aja.

Walaupun masih rada-rada kacau, tapi dengan teknik statistical machine translation, Google bisa terus belajar dan belajar sampai bisa fasih dan akurat dalam menterjemahkan.